Tuesday 24 November 2015

TEKNIK OBSERVASI PADA ANAK USIA DINI

TEKNIK OBSERVASI PADA ANAK USIA DINI

1. Deskripsi
Salah satu upaya untuk memahami tumbuh kembanng anak usia dini diantaranya melalui pengamatan. Oleh karena itu kemampuan pengamatan bagi seorang pendidik anak usia dini merupakan suatu kompotensi yang mesti di miliki
Setiap  pengamatan harus dilakukan dengan pencatatan. Pengamat bukan hanya sekedar mengamati anak untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan anak, tetapi pengamat juga harus memiliki metode yang tepat untuk melakukan pengamatan dan pencatatan.  Berikut ini akan dijelaskan beberapa metode pengamatan dan pencatatan untuk anak usia dini.
Adapaun metode dan teknik pengamatan pada anak usia dini yang dibahas dalam modul ini meliputi teknik catatan anekdodal (Anecdotal Record), catatan berjalan (Running Record), catatan specimen (Specimen Record), Time Sampling dan Even Sampling.
2. Standar Kompetensi
Setelah mempelajari modul ini para peserta pelatihan mampu mengenal karakteristik potensi peserta didik yang dapat diamati secara objektif melalui perilaku

3.  Kompetensi Dasar
            Setelah mempelajari Modul Kegiatan Pembelajaran, para peserta pelatihan mampu melakukan pengamatan terhadap anak dengan melakukan pengamatan terhadap anak dengan menggunakan metode pengamatan yang sesuai dengan kebutuhan pegamatan.

4.  Kompetensi Lulusan (Peserta)
            Setelah selesai membahas seluruh bahasan metode pengamatan pada modul ini, peserta memahami dan mampu mengamati dengan berbagai teknik sebagai berikut :
a.    Catatan anekdot (Anecdotal Record)
b.    Catatan Berjalan (Running Record)
c.    Catatan Specimen (Specimen Record)
d.    Time Sampling
e.    Even Sampling

5. Petunjuk Penggunaan Modul
Untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan modul ini, para peserta pelatihan diharapkan mempelajari modul terutama pada bagian materi kegiatan pembelajaran. Ada beberapa metode yang digunakan dalam pelatihan ini:
·         latihan observasi dengan menggunakan DVD/ perangkat multimedia
·         praktek observasi secara langsung di luar ruangan
Jika terdapat hal-hal yang tidak jelas sebaiknya para peserta pelatihan mendiskusikan dengan teman sejawat dan dengan  para pembimbing atau tutor pelatihan

6.  Materi Kegiatan Pembelajaran
a. Catatan Anekdot (Anecdotal Record)
Catatan anekdot adalah tulisan naratif singkat yang menjelaskan  suatu peristiwa tentang perilaku anak yang penting bagi pengamat.  Catatan anekdot menjelaskan sesuatu yang terjadi secara faktual, dengan cara yang obyektif, menceritakan bagaimana , kapan dan di mana terjadi peristiwa itu, apa yang dikatakan dan dikerjakan anak. Kadang-kadang  guru memasukkan alasan-alasan  terhadap perilaku anak, tetapi ”mengapa”  lebih baik ditulis di bagian khusus sebagai komentar guru.  Catatan ini paling sering ditulis setelah suatu peristiwa terjadi.
            Meskipun catatan anekdot merupakan catatan singkat tentang suatu kejadian dalam suatu saat tertentu, namun catatan tersebut bersifat kumulatif. Jika rangkaian peristiwa itu berjalan berulang-ulang dapat digunakan sebagai masukan yang rinci tentang anak yang diamati.  Keuntungan lain  menggunakan catatan anekdot adalah :
1)    Pengamat tidak memerlukan pelatihan khusus untuk melakukan pencatatan.
2)    Pengamatan bersifat terbuka. Pengamat dapat mencatat apa saja tentang apa yang dilihatnya tanpa dibatasi hanya  satu macam perilaku khusus.
3)    Pengamat dapat menangkap hal-hal yang tak terduga pada saat kejadian, pencatatan dilakukan nanti setelah pembelajaran usai, sehingga tidak mengganggu aktivitas guru.
4)    Pengamat dapat melihat dan mencatat tingkah laku khusus dan mengabaikan perilaku yang lain.
Sebagai metode pengamatan, tentu selain keuntungan juga ada kerugiannya.Pengamat perlu memutuskan apa yang diamati, apa yang ingin diketahui, dan metode apa yang paling berguna. Beberapa kerugian catatan anekdot adalah :
1)    Catatan anekdot tidak memberikan gambaran yang lengkap karena hanya mencatat peristiwa-peristiwa yang menarik minat pengamat.
2)    Tergantung pada daya ingat pengamat. Peristiwa yang  terjadi kadang tidak bisa ditulis secara rinci, karena pencatatan dilakukan setelah pembelajaran selesai.
3)    Kejadian bisa saja keluar dari konteks dan kemudian diinterpretasikan tidak dengan benar atau digunakan dengan cara yang bias.
4)    Sulit untuk memberikan  analisa naratif , karena itu metode ini kurang berguna untuk penulisan ilmiah.
Catatan semacam ini dapat lebih berguna jika dicatat di kertas secara vertikal dengan catatan anekdot di sebelah kiri dan ada lahan untuk menuliskan komentar di sebelah kanan. Atau kertas dibagi secara mendatar, dengan catatan anekdot di atas dan komentar di bawahnya.  Berikut ini contoh format catatan anekdot :
CATATAN ANEKDOT
Tanggal : ……………       Waktu : …………….…

Nama Anak     : ……………………..            Usia …………………
Pengamat        : ……………………..            Kelas : ……………….

                                                Peristiwa
………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..

                                                Komentar
………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..
 
 
















b. Catatan Berjalan (Running Records)
            Metode pengamatan dan pencatatan lain yang cukup terkenal adalah Running Records.  Catatan ini memuat kejadian secara rinci dan berurutan.  Pengamat mencatat semua kejadian  terus menerus yang dilakukan anak itu.  Running record berbeda dengan catatan anekdot  karena running record mencatat semua perilaku anak bukan hanya sekedar peristiwa-peristiwa tertentu saja, dan pencatatan dilakukan langsung, tidak menunda kemudian setelah pembelajaran selesai.
            Sebagai catatan yang faktual, pengamat harus berhati-hati  untuk tidak menggunakan kata-kata deskriptif atau memvonis anak.  Catatan yang ditulis mencerminkan apa yang diamati tanpa memberikan asumsi. Keuntungan dari running record  adalah :
1)    Merupakan catatan yang lengkap dan menyeluruh, tidak terbatas pada peristiwa-peristiwa tertentu.
2)    Merupakan catatan yang terbuka, yang dapat untuk mengamati apa saja tanpa spesifikasi pada perilaku khusus.
3)    Tidak membutuhkan pengamat yang memiliki ketrampilan khusus, karena itu sangat berguna bagi guru kelas.
Selain kelebihan seperti yang diungkapkan di atas,   running record juga
memiliki  kerugian, yaitu :
1)    Catatan ini memerlukan waktu yang lama. Pengamat tidak memiliki waktu lain selain hanya mengamati dan  mencatat  perilaku anak saja.
2)    Cukup sulit untuk mencatat semua hal dalam waktu yang panjang tanpa kehilangan rincian yang mungkin juga penting.
3)    Sangat efektif jika hanya mengamati seorang anak saja, tetapi jika harus melakukan pengamatan terhadap sekelompok anak, apalagi jika kelompok besar, maka akan mengalami banyak kesulitan.
4)    Pengamat harus  menjaga diri anak, yang kadang-kadang sulit jika pengamat adalah guru yang sedang mengajar.
     Running  record    lebih   berguna   jika   dicatat   dalam   format   khusus
yang dikomentari oleh pengamat kemudian. Sangat sulit bagi pengamat untuk mencatat setiap kata yang diucapkan anak dan setiap adegan yang dilakukan anak saat bermain bersama.   Berikut ini contoh format running record :



 
















            Karena running record  mengamati terlalu banyak perilaku perkembangan yang penting dari seorang anak, maka running record   dipilih  sebagai metode utama yang digunakan  bersama dengan Child Skills Checklist untuk menilai perkembangan anak.  Kadang Checklist dikombinasi dengan running record .
C. Catatan Specimen (Specimen Records)
                        Specimen Records   hampir mirip dengan running records tetapi lebih rinci.  Catatan ini sering digunakan oleh peneliti  yang menginginkan deskripsi lengkap  dari  suatu perilaku anak, sementara  running  records  lebih sering dipakai oleh guru dengan cara yang tidak formal.  Pengamat yang membuat specimen records   bukan orang yang terlibat dalam kegiatan kelas dan harus menjaga jarak dari anak.
                        Seperti  running  recordsspecimen records menulis secara naratif perilaku  atau peristiwa  saat terjadi, tetapi deskripsi itu biasanya berdasarkan  kriteria yang telah ditentukan sebelumnya seperti waktu, anak, dan settingnya.  Jumlah kerinciannya  yang akan dicatat tergantung pada tujuan pengamatan.
                        Pengamatan yang diikuti dengan catatan anekdot, running  records   ataupun specimen records,  bukanlah kegiatan yang mudah. Pengamat   terbiasa mengamati apa yang terjadi di sekelilingnya dan dalam waktu yang bersamaan membuat interpretasi tentang apa yang dilihatnya.   Di dalam pencatatan yang obyektif, kita harus memisahkan dua hal tersebut.  Apa yang dicatat harus berupa fakta yang ada, tanpa melakukan penilaian (labelling) , asumsi, atau kesimpulan.
                        Jika suatu pagi kita mengamati anak masuk ke kelas dan menolak memberi salam kepada guru, kemudian berjalan menuju ke suatu meja dan duduk di situ, mendorong anak lain yang bergabung dengannya, dan menggelengkan kepalanya sebagai penolakan ketika guru mengusulkan suatu kegiatan,  kita mungkin akan menulis catatan anekdot seperti berikut :
            Jonathan berjalan masuk ke dalam kelas pagi ini, kelihatannya dia sedang marah. Dia tidak mau melihat gurunya atau membalas salam guru.  Dia cuek aja ketika berjalan ke ruang berikutnya dan langsung berjalan ke ruang seberang dengan bahu turun lalu menjatuhkan dirinya di kursi. Richie mencoba untuk bergabung, tetapi didorongnya. Guru mendatangi dan bertanya apakah dia perlu bantuan untuk mencampur playdough, tetapi dia menggelengkan kepalanya tanda tak mau.
                        Catatan ini  cukup rinci, tetapi bukan merupakan catatan yang obyektif.  Ada kata-kata yang menunjukkan subyektifitas kita dalam menilai Jonathan, yaitu kata-kata    ”dia sedang marah”, ”dia cuek”.  Catatan yang lebih obyektif bisa dilihat seperti berikut :
            Jonathan berjalan ke dalam kelas pagi ini dengan dahi berkerut.  Dia menundukkan kepalanya ketika guru memberinya salam, dan tidak memberikan respon.
Perilaku tersebut tidak biasanya dilakukan Jonathan. Beberapa waktu kemudian, guru mengetahui bahwa dia tidak sedang marah, tetapi dia sedih karena kucing kesayangannya  terlindas mobil malam sebelumnya.  Kita menyadari bahwa dahi yang berkerut, menundukkan kepala, dan menolak untuk berkata-kata atau berpartisipasi dalam kegiatan sebagai suatu hasil dari  ekspresi emosi daripada suatu kemarahan.
                        Berikut ini merupakan contoh kata-kata dan kalimat labelling yang sering dijumpai dalam catatan pengamatan:
·         Dia anak yang baik hari ini.
·         Dimas  marah kepada Dini.
·         Dia berteriak dengan dengan marah.
·         Dia menunjukkan kekuatannya.
·         Dia kehilangan kesabaran.
·         Dia menjadi marah.
·         Seharusnya dia tidak berbicara seperti itu.
Kesalahan pengamat yang lain adalah menghilangkan beberapa fakta, mencatat hal-hal yang tidak terjadi dan mencatat  hal-hal yang tidak pada urutan yang benar..  Berikut ini merupakan contoh ”Peristiwa Jonathan” lagi  dengan kesalahan-kesalahan seperti yang disebutkan tadi.
            Jonathan berjalan masuk ke dalam kelas pagi ini. Dia tidak mamandang gurunya tetapi langsung duduk di salah satu kursi di kelas. Guru memintanya untuk mencampur playdough, tetapi dia menolak. Richie datang untuk bermain dengannya, tetapi Jonathan mendorongnya.
Fakta-fakta yang dihilangkan adalah :
  1. Jonathan berkerut keningnya.
  2. Tidak memberikan respon  terhadap salam dari guru.
  3. Berjalan ke ruang yang di seberang dengan bahu turun.
  4. Menjatuhkan dirinya di kursi yang merupakan tempat kegiatan..
  5. Menggelengkan kepalanya ketika guru bertanya ingin membantu mencampur playdough.
Fakta-fakta tambahan yang dimasukkan :
Richie menghampirinya ”untuk mengajaknya bermain”.
Fakta yang urutannya tidak benar  adalah :
            Richie mencoba untuk bergabung dengannya sebelum guru bertanya mau membantu mencampur playdough.
Kesalahan semacam itu terus terjadi pada pengamatan-pengamatan 
hampir tanpa disadari. Sebagai guru perlu berlatih, paling tidak ada 2 orang pengamat  yang mencatat peristiwa yang sama dan kemudian membandingkan hasilnya.  Jika ternyata ditemukan ketidaksamaan,  perlu diperiksa lagi apa yang sudah diamati.  Berikut ini beberapa pedoman dalam melakukan pencatatan.
a.    Catat fakta-fakta saja.
b.    Catat segala sesuatu secara rinci tanpa menghilangkan apapun.
c.    Jangan menginterpretasikan selama melakukan pengamatan.
d.    Jangan mencatat apapun yang tidak kita lihat.
e.    Gunakan kata-kata deskriptif bukan labelling atau interpretasi.
f.     Catat fakta-fakta yang terjadi sesuai dengan urutan kejadiannya.

d. Time Sampling
Metode time sampling  memerlukan pengamatan  yang menunjukkan
kekerapan suatu perilaku terjadi. Perilaku harus terjadi sering (paling sedikit sekali setiap 15 menit). Misalnya : perilaku semacam berbicara, memukul atau menangis  dapat diamati dan dihitung dengan mudah. Perilaku  memecahkan masalah tidak dapat diamati menggunakan metode ini, karena perilaku  seperti itu tidak jelas bagi pengamat dan tidak dapat dihitung dengan mudah.
            Time sampling dilakukan untuk mengamati perilaku khusus dari seorang anak atau kelompok dan mencatat  ada atau tidaknya perilaku tersebut  dalam interval waktu yang sudah ditentukan untuk diamati. Pengamat harus mempersiapkan diri untuk memanfaatkan waktu yang telah terjadual, dan menentukan jenis perilaku  yang akan diamati, interval waktu yang digunakan, dan bagaimana  dia mencatat ada atau tidak adanya perilaku tersebut.  Sebagai contoh : dalam rangka menolong anak agresif ”Dewo”, guru ingin tahu berapa kali Dewo  berperilaku negatif. Pertama, perilaku agresif Dewo harus ditentukan secara jelas meliputi apa saja. Misalnya memukul, mendorong, menendang, memegang teman yang melawannya, merebut mainan teman. Perilaku tersebut dapat dituliskan dengan kode misalnya memukul (p), mendorong (d), merebut (r), dsb.  Berikutnya yang perlu dipersiapkan adalah interval waktu.  Jika pengamatan akan dilakukan selama setengah jam, boleh saja menentukan setiap 5 menit perilaku agresif anak diamati.   Selanjutnya harus memikirkan cara pencatatan. Boleh saja menuliskan 1 jika perilaku tersebut terjadi, dan 0 jika tidak terjadi.  Bisa juga meletakkan tanda  √    pada kolom setiap munculnya  perilaku agresif tersebut.
            Berikut ini adalah contoh  format time sampling :








 












Time sampling merupakan metode yang sangat berguna jika digunakan untuk mengamati anak dengan alasan-alasan berikut :
1.    Membutuhkan  waktu dan usaha yang tidak terlalu banyak dibandingkan  catatan narasi.
2.    Lebih obyektif dan terkontrol karena perilaku yang diamati spesifik dan  dibatasi.
3.    Memungkinkan pengamat mengumpulkan data dari sejumlah anak ataupun sejumlah perilaku dalam satu kali waktu pengamatan.
4.    Memberikan informasi yang berguna  dalam interval waktu  dan frekuensi dari perilaku tertentu.
5.    Memberikan hasil kuantitatif  yang berguna untuk analisa statistik.
6.    Ada beberapa kerugian dari metode ini, yaitu :
7.    Metode bukan metode terbuka, sehingga memungkinkan kehilangan banyak perilaku yang penting.
8.    Tidak menjelaskan perilaku, sebab dan hasil, karena lebih berfokus pada waktu (kapan dan berapa lama suatu perilaku terjadi)
9.    Tidak menyimpan  data tentang masukan-masukan perilaku, karena prinsip metode ini hanya pada interval waktu, bukan perilaku.
10.  Perilaku di luar konteks karena itu mungkin bisa bias.
11.  Terbatas untuk  perilaku yang diamati yang sering terjadi
12.  Biasanya berfokus pada satu jenis perilaku (dalam kasus ini perilaku negatif) dan  bisa mengakibatkan pandangan yang bias.
e. Even Sampling
Even sampling adalah suatu metode yang memberikan kesempatan kepada
pengamat untuk menunggu dan kemudian mencatat perilaku khusus yang sudah dipilih lebih dulu.  Even sampling  digunakan  untuk mempelajari  kondisi di mana perilaku tertentu terjadi atau sering terjadi.  Penting untuk  mempelajari  pencetus suatu perilaku tertentu dari anak – memukul, misalnya – mungkin bagi anak usia 2 tahun memukul sebagai tanda dia ingin mengajak temannya bermain.  Jika time sampling digunakan untuk mengamati perilaku anak dalam interval waktu tertentu, sebaliknya  even sampling untuk mengamati perilaku yang tidak sering.
            Pengamat  terlebih dulu perlu menentukan  perilaku yang ingin diamati, kemudian mempersiapkan setting yang memungkinkan perilaku itu muncul dan akan digunakan untuk mengamati perilaku tersebut. Pengamat  perlu mengambil posisi yang nyaman bagi dia untuk mengamati, menunggu sampai muncul perilaku tersebut dan mencatatnya.
            Pencatatan dapat dilakukan dalam berbagai cara, tergantung dari tujuan pengamatan.  Jika pengamat sedang mempelajari  penyebab atau hasil dari  perilaku tertentu, maka menggunakan  ”ABC” analisis (Bell & Low). ABC analisis merupakan  deskripsi naratif dari peristiwa keseluruhan, yang dibagi menjadi 3 bagian : A = perilaku pencetus, B = perilaku, C = konsekuensi.  Setiap saat peristiwa terjadi, saat itu juga dicatat.  Berikut ini contoh  even sampling :



EVEN  SAMPLING


Nama  : .......................................                                    Usia : .....................
Sentra : .......................................                                    Tanggal : ...............
Pengamat : ..................................                                    Waktu : ..................
Perilaku : menendang, memukul teman lain atau guru  dengan kaki kanan, cukup keras untuk membuat anak lain menangis.

Waktu        Peristiwa Pencetus                 Perilaku                   Konsekuensi

9.13        Dion bermain sendiri di        Dion melihat Tom dengan      Tom menangis
Sentra balok, Tom datang   kening berkerut; berdiri;      dan berlari ke
dan meletakkan sebuah       mendorong Tom; Tom        guru.
balok di bangunan Dion.      balas mendorong; Dion
                                          menendang kaki  Tom.

10.05    Di arena bermain, Dion        Dion menendang                Ririn mena-
Berdiri antri untuk ber-         kaki Ririn.                         ngis; guru da-
main luncuran. Ririn                                                   tang dan me-
datang menyerobot            Dion menendang                narik lengan
barisan Dion.                     guru                                 Dion serta
                                                                             menasehati.


 
















Keuntungan menggunakan even sampling  adalah :
1)    Mencatat peristiwa dengan utuh, sehingga membuat analisa lebih mudah.
2)    Lebih obyektif dibandingkan metode yang lain, karena perilaku telah ditentukan sebelumnya.
3)    Sangat menolong untuk  menguji perilaku  yang tidak sering terjadi.
Beberapa kerugian  dari metode ini juga ada, tergantung pada tujuan
pengamatan, yaitu :
1)    Peristiwa ke luar dari konteks dan bisa kehilangan  beberapa peristiwa yang juga penting untuk diinterpretasikan.
2)    Merupakan metode tertutup yang hanya mengamati perilaku tertentu dan mengabaikan perilaku yang lain.
3)    Kehilangan kekayaan informasi detail dibandingkan catatan anekdot, specimen record atau running records.


7. Tugas - Tugas / Latihan.
Tugas-tugas / Latihan
  1. Sebutkan beberapa teknik observasi yang dibahas di dalam modul ini, kemudian jelaskan masing - masing teknik tersebut dapat digunakan dalam pengamatan anak usia dini ? (Bilamana dalam kasus apa dilakukan)
  2. Jelaskan bahwa “bagaimana pun canggihnya alat dan observasi, keputusan berada dipihak pengamatan,” artinya apa kalimat tersebut ?
  3. Apa yang dimaksud dengan pengamatan langsung dan tidak langsung ?  (Diskusikan dalam kelompok)





1 comment:

  1. Boleh minta sumber nya ini dari mana yaa, daftar pustakanya? Sangat bermanfaat terimakasih

    ReplyDelete