TEKNIK
OBSERVASI PADA ANAK USIA DINI
1. Deskripsi
Salah
satu upaya untuk memahami tumbuh kembanng anak usia dini diantaranya melalui
pengamatan. Oleh karena itu kemampuan pengamatan bagi seorang pendidik anak
usia dini merupakan suatu kompotensi yang mesti di miliki
Setiap pengamatan
harus dilakukan dengan pencatatan. Pengamat bukan hanya sekedar mengamati anak
untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan anak, tetapi pengamat juga
harus memiliki metode yang tepat untuk melakukan pengamatan dan pencatatan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa metode
pengamatan dan pencatatan untuk anak usia dini.
Adapaun
metode dan teknik pengamatan pada anak usia dini yang dibahas dalam modul ini
meliputi teknik catatan anekdodal (Anecdotal Record), catatan
berjalan (Running Record), catatan specimen (Specimen Record),
Time Sampling dan Even Sampling.
2. Standar Kompetensi
Setelah mempelajari
modul ini para peserta pelatihan mampu mengenal karakteristik potensi peserta
didik yang dapat diamati secara objektif melalui perilaku
3. Kompetensi Dasar
Setelah
mempelajari Modul Kegiatan Pembelajaran, para peserta pelatihan mampu melakukan
pengamatan terhadap anak dengan melakukan pengamatan terhadap anak dengan
menggunakan metode pengamatan yang sesuai dengan kebutuhan pegamatan.
4. Kompetensi Lulusan (Peserta)
Setelah
selesai membahas seluruh bahasan metode pengamatan pada modul ini, peserta
memahami dan mampu mengamati dengan berbagai teknik sebagai berikut :
a. Catatan anekdot (Anecdotal
Record)
b. Catatan Berjalan (Running
Record)
c. Catatan Specimen (Specimen
Record)
d.
Time Sampling
e.
Even Sampling
5. Petunjuk Penggunaan Modul
Untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan modul ini, para peserta pelatihan diharapkan mempelajari
modul terutama pada bagian materi kegiatan pembelajaran. Ada beberapa metode
yang digunakan dalam pelatihan ini:
·
latihan observasi dengan menggunakan DVD/ perangkat
multimedia
·
praktek observasi secara langsung di luar ruangan
Jika terdapat hal-hal
yang tidak jelas sebaiknya para peserta pelatihan mendiskusikan dengan teman
sejawat dan dengan para pembimbing atau tutor
pelatihan
6. Materi Kegiatan Pembelajaran
a. Catatan Anekdot (Anecdotal Record)
Catatan anekdot adalah tulisan naratif singkat yang
menjelaskan suatu peristiwa tentang
perilaku anak yang penting bagi pengamat.
Catatan anekdot menjelaskan sesuatu yang terjadi secara faktual, dengan
cara yang obyektif, menceritakan bagaimana , kapan dan di mana terjadi
peristiwa itu, apa yang dikatakan dan dikerjakan anak. Kadang-kadang guru memasukkan alasan-alasan terhadap perilaku anak, tetapi ”mengapa” lebih baik ditulis di bagian khusus sebagai
komentar guru. Catatan ini paling sering
ditulis setelah suatu peristiwa terjadi.
Meskipun
catatan anekdot merupakan catatan singkat tentang suatu kejadian dalam suatu
saat tertentu, namun catatan tersebut bersifat kumulatif. Jika rangkaian
peristiwa itu berjalan berulang-ulang dapat digunakan sebagai masukan yang
rinci tentang anak yang diamati.
Keuntungan lain menggunakan
catatan anekdot adalah :
1) Pengamat tidak
memerlukan pelatihan khusus untuk melakukan pencatatan.
2) Pengamatan bersifat
terbuka. Pengamat dapat mencatat apa saja tentang apa yang dilihatnya tanpa
dibatasi hanya satu macam perilaku
khusus.
3) Pengamat dapat menangkap
hal-hal yang tak terduga pada saat kejadian, pencatatan dilakukan nanti setelah
pembelajaran usai, sehingga tidak mengganggu aktivitas guru.
4) Pengamat dapat melihat
dan mencatat tingkah laku khusus dan mengabaikan perilaku yang lain.
Sebagai metode pengamatan, tentu selain keuntungan juga
ada kerugiannya.Pengamat perlu memutuskan apa yang diamati, apa yang ingin
diketahui, dan metode apa yang paling berguna. Beberapa kerugian catatan
anekdot adalah :
1) Catatan anekdot tidak
memberikan gambaran yang lengkap karena hanya mencatat peristiwa-peristiwa yang
menarik minat pengamat.
2) Tergantung pada daya
ingat pengamat. Peristiwa yang terjadi
kadang tidak bisa ditulis secara rinci, karena pencatatan dilakukan setelah
pembelajaran selesai.
3) Kejadian bisa saja
keluar dari konteks dan kemudian diinterpretasikan tidak dengan benar atau
digunakan dengan cara yang bias.
4) Sulit untuk
memberikan analisa naratif , karena itu
metode ini kurang berguna untuk penulisan ilmiah.
Catatan semacam ini dapat lebih berguna jika dicatat di
kertas secara vertikal dengan catatan anekdot di sebelah kiri dan ada lahan
untuk menuliskan komentar di sebelah kanan. Atau kertas dibagi secara mendatar,
dengan catatan anekdot di atas dan komentar di bawahnya. Berikut ini contoh format catatan anekdot :
|
b.
Catatan Berjalan (Running Records)
Metode
pengamatan dan pencatatan lain yang cukup terkenal adalah Running Records. Catatan ini
memuat kejadian secara rinci dan berurutan.
Pengamat mencatat semua kejadian
terus menerus yang dilakukan anak itu.
Running record berbeda dengan catatan anekdot karena running record mencatat semua
perilaku anak bukan hanya sekedar peristiwa-peristiwa tertentu saja, dan
pencatatan dilakukan langsung, tidak menunda kemudian setelah pembelajaran
selesai.
Sebagai
catatan yang faktual, pengamat harus berhati-hati untuk tidak menggunakan kata-kata deskriptif
atau memvonis anak. Catatan yang ditulis
mencerminkan apa yang diamati tanpa memberikan asumsi. Keuntungan dari running
record adalah :
1) Merupakan catatan yang
lengkap dan menyeluruh, tidak terbatas pada peristiwa-peristiwa tertentu.
2) Merupakan catatan yang
terbuka, yang dapat untuk mengamati apa saja tanpa spesifikasi pada perilaku
khusus.
3) Tidak membutuhkan
pengamat yang memiliki ketrampilan khusus, karena itu sangat berguna bagi guru
kelas.
Selain kelebihan seperti yang diungkapkan di atas, running record juga
memiliki kerugian,
yaitu :
1) Catatan ini memerlukan
waktu yang lama. Pengamat tidak memiliki waktu lain selain hanya mengamati
dan mencatat perilaku anak saja.
2) Cukup sulit untuk
mencatat semua hal dalam waktu yang panjang tanpa kehilangan rincian yang
mungkin juga penting.
3) Sangat efektif jika
hanya mengamati seorang anak saja, tetapi jika harus melakukan pengamatan
terhadap sekelompok anak, apalagi jika kelompok besar, maka akan mengalami
banyak kesulitan.
4) Pengamat harus menjaga diri anak, yang kadang-kadang sulit
jika pengamat adalah guru yang sedang mengajar.
Running record
lebih berguna jika
dicatat dalam format
khusus
yang dikomentari oleh pengamat kemudian. Sangat sulit bagi pengamat untuk mencatat setiap kata
yang diucapkan anak dan setiap adegan yang dilakukan anak saat bermain
bersama. Berikut ini contoh format running
record :
Karena running
record mengamati terlalu banyak
perilaku perkembangan yang penting dari seorang anak, maka running record dipilih
sebagai metode utama yang digunakan
bersama dengan Child Skills Checklist untuk menilai perkembangan anak. Kadang Checklist dikombinasi dengan running
record .
C. Catatan Specimen (Specimen Records)
Specimen
Records hampir mirip dengan running
records tetapi lebih rinci. Catatan
ini sering digunakan oleh peneliti yang
menginginkan deskripsi lengkap dari suatu perilaku
anak, sementara running records
lebih sering dipakai oleh guru dengan cara yang tidak formal. Pengamat yang membuat specimen records bukan orang yang terlibat dalam kegiatan
kelas dan harus menjaga jarak dari anak.
Seperti running
records, specimen records
menulis secara naratif perilaku atau
peristiwa saat terjadi, tetapi deskripsi
itu biasanya berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan sebelumnya seperti waktu, anak, dan settingnya. Jumlah kerinciannya yang akan dicatat tergantung pada tujuan
pengamatan.
Pengamatan yang diikuti
dengan catatan anekdot, running
records ataupun specimen
records, bukanlah kegiatan yang mudah.
Pengamat terbiasa mengamati apa yang
terjadi di sekelilingnya dan dalam waktu yang bersamaan membuat interpretasi
tentang apa yang dilihatnya. Di dalam
pencatatan yang obyektif, kita harus memisahkan dua hal tersebut. Apa yang dicatat harus berupa fakta yang ada,
tanpa melakukan penilaian (labelling) , asumsi, atau kesimpulan.
Jika suatu pagi kita
mengamati anak masuk ke kelas dan menolak memberi salam kepada guru, kemudian
berjalan menuju ke suatu meja dan duduk di situ, mendorong anak lain yang
bergabung dengannya, dan menggelengkan kepalanya sebagai penolakan ketika guru
mengusulkan suatu kegiatan, kita mungkin
akan menulis catatan anekdot seperti berikut :
Jonathan berjalan masuk ke dalam
kelas pagi ini, kelihatannya dia sedang marah. Dia tidak mau melihat gurunya
atau membalas salam guru. Dia cuek aja
ketika berjalan ke ruang berikutnya dan langsung berjalan ke ruang seberang
dengan bahu turun lalu menjatuhkan dirinya di kursi. Richie mencoba untuk
bergabung, tetapi didorongnya. Guru mendatangi dan bertanya apakah dia perlu
bantuan untuk mencampur playdough, tetapi dia menggelengkan kepalanya tanda tak
mau.
Catatan ini cukup rinci, tetapi bukan merupakan catatan
yang obyektif. Ada kata-kata yang
menunjukkan subyektifitas kita dalam menilai Jonathan, yaitu kata-kata ”dia sedang marah”, ”dia cuek”. Catatan yang lebih obyektif bisa dilihat
seperti berikut :
Jonathan
berjalan ke dalam kelas pagi ini dengan dahi berkerut. Dia menundukkan kepalanya ketika guru
memberinya salam, dan tidak memberikan respon.
Perilaku
tersebut tidak biasanya dilakukan Jonathan. Beberapa waktu kemudian, guru
mengetahui bahwa dia tidak sedang marah, tetapi dia sedih karena kucing
kesayangannya terlindas mobil malam
sebelumnya. Kita menyadari bahwa dahi
yang berkerut, menundukkan kepala, dan menolak untuk berkata-kata atau
berpartisipasi dalam kegiatan sebagai suatu hasil dari ekspresi emosi daripada suatu kemarahan.
Berikut
ini merupakan contoh kata-kata dan kalimat labelling yang sering dijumpai dalam
catatan pengamatan:
·
Dia anak yang baik hari ini.
·
Dimas marah kepada Dini.
·
Dia berteriak dengan dengan marah.
·
Dia menunjukkan kekuatannya.
·
Dia kehilangan kesabaran.
·
Dia menjadi marah.
·
Seharusnya dia tidak berbicara seperti itu.
Kesalahan pengamat yang lain adalah menghilangkan
beberapa fakta, mencatat hal-hal yang tidak terjadi dan mencatat hal-hal yang tidak pada urutan yang
benar.. Berikut ini merupakan contoh
”Peristiwa Jonathan” lagi dengan
kesalahan-kesalahan seperti yang disebutkan tadi.
Jonathan
berjalan masuk ke dalam kelas pagi ini. Dia tidak mamandang gurunya tetapi
langsung duduk di salah satu kursi di kelas. Guru memintanya untuk mencampur playdough,
tetapi dia menolak. Richie datang untuk bermain dengannya, tetapi Jonathan
mendorongnya.
Fakta-fakta yang dihilangkan adalah :
- Jonathan
berkerut keningnya.
- Tidak
memberikan respon terhadap salam
dari guru.
- Berjalan ke
ruang yang di seberang dengan bahu turun.
- Menjatuhkan
dirinya di kursi yang merupakan tempat kegiatan..
- Menggelengkan
kepalanya ketika guru bertanya ingin membantu mencampur playdough.
Fakta-fakta tambahan yang dimasukkan :
Richie
menghampirinya ”untuk mengajaknya bermain”.
Fakta yang urutannya tidak benar adalah :
Richie mencoba untuk bergabung dengannya
sebelum guru bertanya mau membantu mencampur playdough.
Kesalahan semacam itu terus terjadi pada
pengamatan-pengamatan
hampir tanpa disadari. Sebagai guru perlu berlatih, paling tidak ada 2 orang
pengamat yang mencatat peristiwa yang
sama dan kemudian membandingkan hasilnya.
Jika ternyata ditemukan ketidaksamaan,
perlu diperiksa lagi apa yang sudah diamati. Berikut
ini beberapa pedoman dalam melakukan pencatatan.
a. Catat fakta-fakta saja.
b. Catat segala sesuatu
secara rinci tanpa menghilangkan apapun.
c. Jangan
menginterpretasikan selama melakukan pengamatan.
d. Jangan mencatat apapun
yang tidak kita lihat.
e. Gunakan kata-kata
deskriptif bukan labelling atau interpretasi.
f. Catat fakta-fakta yang
terjadi sesuai dengan urutan kejadiannya.
d. Time
Sampling
Metode time sampling memerlukan pengamatan yang menunjukkan
kekerapan suatu perilaku terjadi. Perilaku harus terjadi
sering (paling sedikit sekali setiap 15 menit). Misalnya : perilaku semacam
berbicara, memukul atau menangis dapat
diamati dan dihitung dengan mudah. Perilaku
memecahkan masalah tidak dapat diamati menggunakan metode ini, karena
perilaku seperti itu tidak jelas bagi
pengamat dan tidak dapat dihitung dengan mudah.
Time sampling dilakukan untuk mengamati
perilaku khusus dari seorang anak atau kelompok dan mencatat ada atau tidaknya perilaku tersebut dalam interval waktu yang sudah ditentukan
untuk diamati. Pengamat harus mempersiapkan diri untuk memanfaatkan waktu yang telah
terjadual, dan menentukan jenis perilaku
yang akan diamati, interval waktu yang digunakan, dan bagaimana dia mencatat ada atau tidak adanya perilaku
tersebut. Sebagai contoh : dalam rangka
menolong anak agresif ”Dewo”, guru ingin tahu berapa kali Dewo berperilaku negatif. Pertama, perilaku
agresif Dewo harus ditentukan secara jelas meliputi apa saja. Misalnya memukul,
mendorong, menendang, memegang teman yang melawannya, merebut mainan teman.
Perilaku tersebut dapat dituliskan dengan kode misalnya memukul (p), mendorong
(d), merebut (r), dsb. Berikutnya yang
perlu dipersiapkan adalah interval waktu.
Jika pengamatan akan dilakukan selama setengah jam, boleh saja menentukan
setiap 5 menit perilaku agresif anak diamati.
Selanjutnya harus memikirkan cara pencatatan. Boleh saja menuliskan 1
jika perilaku tersebut terjadi, dan 0 jika tidak terjadi. Bisa juga meletakkan tanda √
pada kolom setiap munculnya
perilaku agresif tersebut.
Berikut ini adalah contoh
format time sampling :
Time sampling merupakan metode yang sangat berguna jika digunakan untuk mengamati anak
dengan alasan-alasan berikut :
1. Membutuhkan waktu dan usaha yang tidak terlalu banyak
dibandingkan catatan narasi.
2. Lebih obyektif dan
terkontrol karena perilaku yang diamati spesifik dan dibatasi.
3. Memungkinkan pengamat
mengumpulkan data dari sejumlah anak ataupun sejumlah perilaku dalam satu kali
waktu pengamatan.
4. Memberikan informasi
yang berguna dalam interval waktu dan frekuensi dari perilaku tertentu.
5. Memberikan hasil
kuantitatif yang berguna untuk analisa
statistik.
6. Ada beberapa kerugian
dari metode ini, yaitu :
7. Metode bukan metode
terbuka, sehingga memungkinkan kehilangan banyak perilaku yang penting.
8. Tidak menjelaskan
perilaku, sebab dan hasil, karena lebih berfokus pada waktu (kapan dan berapa
lama suatu perilaku terjadi)
9. Tidak menyimpan data tentang masukan-masukan perilaku, karena
prinsip metode ini hanya pada interval waktu, bukan perilaku.
10. Perilaku di luar konteks
karena itu mungkin bisa bias.
11. Terbatas untuk perilaku yang diamati yang sering terjadi
12. Biasanya berfokus pada
satu jenis perilaku (dalam kasus ini perilaku negatif) dan bisa mengakibatkan pandangan yang bias.
e. Even
Sampling
Even
sampling adalah suatu metode
yang memberikan kesempatan kepada
pengamat untuk menunggu dan kemudian mencatat perilaku
khusus yang sudah dipilih lebih dulu. Even sampling digunakan
untuk mempelajari kondisi di mana
perilaku tertentu terjadi atau sering terjadi.
Penting untuk mempelajari pencetus suatu perilaku tertentu dari anak –
memukul, misalnya – mungkin bagi anak usia 2 tahun memukul sebagai tanda dia
ingin mengajak temannya bermain. Jika
time sampling digunakan untuk mengamati perilaku anak dalam interval waktu
tertentu, sebaliknya even sampling untuk mengamati perilaku
yang tidak sering.
Pengamat terlebih dulu perlu menentukan perilaku yang ingin diamati, kemudian
mempersiapkan setting yang memungkinkan perilaku itu muncul dan akan digunakan
untuk mengamati perilaku tersebut. Pengamat
perlu mengambil posisi yang nyaman bagi dia untuk mengamati, menunggu
sampai muncul perilaku tersebut dan mencatatnya.
Pencatatan
dapat dilakukan dalam berbagai cara, tergantung dari tujuan pengamatan. Jika pengamat sedang mempelajari penyebab atau hasil dari perilaku tertentu, maka menggunakan ”ABC” analisis (Bell & Low). ABC analisis
merupakan deskripsi naratif dari
peristiwa keseluruhan, yang dibagi menjadi 3 bagian : A = perilaku pencetus, B
= perilaku, C = konsekuensi. Setiap saat peristiwa terjadi, saat itu juga
dicatat. Berikut ini contoh even
sampling :
|
Keuntungan menggunakan even sampling adalah :
1) Mencatat peristiwa
dengan utuh, sehingga membuat analisa lebih mudah.
2) Lebih obyektif
dibandingkan metode yang lain, karena perilaku telah ditentukan sebelumnya.
3) Sangat menolong
untuk menguji perilaku yang tidak sering terjadi.
Beberapa kerugian
dari metode ini juga ada, tergantung pada tujuan
pengamatan, yaitu :
1) Peristiwa ke luar dari
konteks dan bisa kehilangan beberapa
peristiwa yang juga penting untuk diinterpretasikan.
2) Merupakan metode
tertutup yang hanya mengamati perilaku tertentu dan mengabaikan perilaku yang
lain.
3) Kehilangan kekayaan
informasi detail dibandingkan catatan anekdot, specimen record atau running
records.
7. Tugas
- Tugas / Latihan.
Tugas-tugas
/ Latihan
- Sebutkan beberapa teknik observasi
yang dibahas di dalam modul ini, kemudian jelaskan masing - masing teknik
tersebut dapat digunakan dalam pengamatan anak usia dini ? (Bilamana dalam
kasus apa dilakukan)
- Jelaskan bahwa
“bagaimana pun canggihnya alat dan observasi, keputusan berada dipihak
pengamatan,” artinya apa kalimat tersebut ?
- Apa yang
dimaksud dengan pengamatan langsung dan tidak langsung ? (Diskusikan
dalam kelompok)
Boleh minta sumber nya ini dari mana yaa, daftar pustakanya? Sangat bermanfaat terimakasih
ReplyDelete